Pandemi tidak menyurutkan semangat para peserta dalam mengikuti kontes Robot Pemadam Api Indonesia 2020 yang diselenggarakan oleh Pusat Prestasi Nasional dan Institut Teknologi Bandung. Kontes tersebut tetap diselenggarakan dengan mentaati protokol kesehatan dan melalui daring pada tanggal 10 Oktober 2020 yang diikuti oleh berbagai universitas di seluruh Indonesia dengan beberapa sesi.
Akibat wabah Covid-19 yang melanda seluruh dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Mengubah cara hidup dan berkegiatan seluruh umat manusia saat ini. Kegiatan Kontes Robot Pemadam Api Indonesia (KRPAI) 2020 juga turut terkena dampak. Untuk tetap menjaga semangat calon peserta KRI 2020 yang telah mempersiapkan diri untuk berpartisipasi pada kegiatan KRI ini, maka Pusat Prestasi Nasional mencoba untuk tetap menyelenggarakan kegiatan Kontes Robot Indonesia 2020, dengan menyesuaikan kembali aturan kontes dan pelaksanaan sesuai dengan kondisi pandemi Covid-19 ini. Kegiatan yang semula merupakan kontes luring (offline) berubah menjadi daring (online), jadi tim peserta menampilkan robotnya di kampus masing-masing yang ditayangkan secara daring melalui mekanisme video conferencing.
Pada perlombaan ini setiap mahasiswa diwajibkan untuk membuat robot yang telah dilengkapi sensor api sehingga dapat mendeteksi api yang berada di sekitar ruangan yang harus dipadamkan. Ketika menuju ke ruangan, robot harus melakukan penyemprotan pada titik-titik atau spot tertentu di dalam ruangan dan dapat menghindari rintangan-rintangan di lantai dan di dinding, yang dimana robot harus dapat bergerak sendiri tanpa dikendalikan oleh operator. Setelah robot selesai memadamkan api maka robot tersebut harus kembali ke posisi awal.
Dalam perlombaan robot tersebut kriteria penilaiannya bergantung pada kecepatan robot menempuh jarak untuk memadamkan api. Universitas Bhayangkara Surabaya juga mengikuti perlombaan robot ini pada wilayah 2 sesi kedua dengan Tim DDD – PLUTON. Robot milik mahasiswa teknik ini awalnya berjalan dengan sangat baik ketika hendak menuju ruangan yang disediakan, namun terdapat gangguan ketika akan memasuki ruangan yakni robot berjalan melebihi jalan menuju ruangan sehingga robot tersebut tersangkut. Mahasiswa dari tim tersebut akhirnya memberhentikan perlombaan karena robotnya sudah tidak dapat bergerak menuju ruangan pertama. Timer up yang didapat oleh tim ini yaitu 129 detik. Walaupun robot yang mereka pelombakan gagal pada pertandingan ini akan tetapi mereka sudah berusaha semaksimal mungkin untuk memperbaiki robot terserebut dan hal ini menjadi point penting untuk memotivasi tim pengembang untuk memperbaiki robot. (HN)