Mojokerto. Lagi-lagi mahasiswa Fisip Ubhara Surabaya melakukan aktifitas terkait wirausaha. Sabtu, 22 April 2017 bertempat di Krian Mojokerto. Tepatnya di sebuah kompleks pondok pesantren Dacil Al-Akbar Desa Sidogede - Perning Mojokerto tidak kurang 30 mahasiswa terdiri dari pengurus HIMAPURA dan HIMAILKOM didampingi 7 orang Dosen pendamping. Diterima langsung pimpinan perusahaan sekaligus pengasuh pondok pesantren H. Moeanam beserta istri.
Dalam sambutan penerimaan H.Moeanam menyampaikan bahwa semua upaya yang dilakukannya semata ingin membangun SDM yang mandiri secara ekonomi. Memberikan banyak motivasi tentang semangat belajar dan berinovasi dalam kemandirian, agar tidak tergantung pada orang lain, tegasnya.
Sedangkan Ismail, S.Sos., M.Si Dekan Fisip menyampaikan maksud untuk bermitra dengan UD.Telaga Jaya sebagai lembaga yang menaungi perusahaan dan pondok pesantren. Di sela acara penyambutan dilakukan penandatanganan antara Fisip Ubhara dan UD. Telaga Jaya. Sebagai bentuk implementasi MoU mahasiswa dapat magang, riset dalam bidang wirausaha.
Kemudian dilanjutkan kegiatan kunjungan di insdutri plastik untuk bungkus krupuk dengan merek dacil. Pabrik yang dibangun baru 1 bulan tersebut sudah memproduksi berbagai macam kantong plastik untuk pembungkus krupuk. Selanjutnya kunjungan ke sentra pemijahan dan pembesaran ikan lele. Pembibitan dan pemijahan ikan lele terletak di sebuah kotak 2x6 m sebanyak 8 kotak. Setelah benih dirasa cukup besar dipindahkan di tong dilapisi terpal dengan diameter 10 m terdapat 5000 lele di masing-masing tong. Dilanjutkan kunjungan ke sentra hydroponik terdapat pembibitan tanaman sayuran. Setelah berumur 40 hari tanaman selada siap dipanen. Sedangkan untuk kangkung panen dapat dilakukan  selama 20 hari.
Sentra produksi plastik, budidaya lele, sayuran hydroponik dan indsutri krupuk disipakan sebagai lahan pembelajaran santri. Sehingga kemudian para santri memiliki pemahaman beragama dan berdunia secara seimbang. Kunjungan selanjutnya adalah  pabrik krupuk yang bersebalahan dengan kawasan pondok pesantren. Pabrik krupuk yang memperkerjakan masyarakat sekitar tersebut menggunakan sistem borongan dan mampu memproduksi 20 ton dalam satu harinya. Mahasiswa melakukan pengamatan mulai dari pengadaan bahan baku proses produksi hingga pengepakan. Menurut H. Moeanam hasil produksi krupuk dengan merek Dacil tersebut telah didistribusikan ke seluruh Indonesia kususnya Jakarta. Lombok, Batam. Dalam menghadapi persaingan indutri krupuk yang terpenting adalah inovasi baru, tegas Moeanam. (del_fsp).